4 Hari di Semarang, Peserta GSPI Ini Belum Puas
By Abdi Satria
nusakini.com-Semarang – Empat hari tinggal di Kota Semarang sebagai peserta Gladian Sejarah Pemuda Indonesia (GSPI), dirasa kurang bagi Irmansyah Karoror, peserta asal Papua Barat. Sikap terbuka dan kesantunan warga membuatnya betah berlama-lama di Jawa Tengah, khususnya Kota Semarang.
“Orang Jawa itu santun-santun, terbuka dengan kami. Masyarakatnya sangat terbuka sehingga itu membuat nyaman di sini. Dan aku malah mau nambah lagi untuk beberapa hari lagi di sini karena masih belum merasa puas,” ungkap mahasiswa Universitas Papua itu, saat ditemui pada penutupan GSPI, di Grhadhika Bhakti Praja, Minggu (7/4/)
Ditambahkan, melalui kegiatan GSPI, dia belajar mengenai budaya dan ciri khas yang ada di Jawa Tengah. Pemuda ini pun tertarik dengan cara pembuatan batik, lumpia, dan lainnya, lengkap dengan sejarah yang melatarbelakanginya. Irmansyah merasa semua itu mesti diketahui para generasi muda, sehingga sejarah yang merupakan identitas bangsa tak memudar.
Rekan serumpunnya dari Papua, Carolina Hamong pun mengapresiasi kegiatan itu. Meski hanya empat hari, membuatnya mengetahui banyak hal. Tak hanya menyangkut kehidupan warganya, tapi juga pengetahuan mengenai sejarah yang ada di kota ini, maupun Provinsi Jawa Tengah.
“Melalui ajang ini saya jadi mengetahui bahwa sejarah yang ada di Jawa ini sangat banyak. Dan itu menjadi sesuatu yang membuat saya ingin tau bahwa di Jawa ini selain ada Lawang Sewu, ada banyak juga tempat-tempat sejarah yang bisa kita amati dan kita teliti. Jadi kalau ke Papua, (pengalaman ini) saya bawa pulang untuk bekal,” ungkapnya.
Menurut mahasiswa Universitas Cendrawasih ini, kegiatan GSPI yang diikuti pemuda dari seluruh Indonesia itu mengajarkan saling menghargai satu sama lain di tengah perbedaan ras, suku, agama, budaya serta adat istiadat yang ada di Indonesia. Sehingga, makin menguatkan jiwa nasionalisme.
Hal senada juga disampaikan peserta asal Kalimantan Barat, Siska Nopi Netri. Menurutnya, kemasan kegiatan yang menarik membuat peserta mencintai sejarah. Maklum saja, penggunaan gadget membuat sebagian pemuda enggan menpelajari sejarah
“Di zaman millenial ini generasi muda banyak yang bermain gadget.Tapi kita di sini diberikan pembelajaran untuk mengenal sejarah. Keberagaman Indonesia itu sangat luar biasa, hanya di Indonesia kita menemukan,” tuturnya.
Ditambahkan, mengikuti GSPI tidak sekadar belajar tentang sejarah dan kebudayaan, tetapi juga menemukan saudara baru. Mengenal keberagaman suku secara langsung pun menjadi pengalaman yang mahal.
“Kita saling mengenal suku satu dan yang lain itu sangat luar biasa. Dengan waktu sekejap kita bisa seperti saudara dengan beragam ras, suku, agama, itu sesuatu yang luar biasa,” terang Runner Up IV Putri Kebudayaan Indonesia itu.
Dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono KS, Gubernur Jawa Tengah Gabjar Pranowo meminta para peserta GSPI menceritakan pengalaman-pengalaman kegiatan yang dilakukan di Jawa Tengah ini kepada teman maupun saudara di daerah asalnya.
“Ceritakan kepada seluruh masyarakat Indonesia tentang kepribadian Jawa Tengah yang religius, berbudaya, ramah tamah, sopan santun, suka bermusyawarah, gotong royong, bekerja keras, serta menjunjung tinggi toleransi dan solidaritas sosial,” jelasnya.
Ganjar juga menekankan agar seluruh peserta mampu merawat Indonesia. Wawasan kebangsaan hendaknya tidak sekadar retorika yang tak pernah diaktualisasikan dalam kenyataan. Namun wawasan kebangsaan harus benar-benar terealisasi dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Indahnya keberagaman juga terlihat saat penutupan GSPI 2019, di mana sejumlah peserta menggunakan baju daerah masing-masing. Para peserta juga membacakan ikrar Gladian Sejarah Pemuda Indonesia 2019.
Direktur Sejarah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Triana Wulandari berpesan agar ikrar yang dibacakan tidak hanya ucapan lisan. Namun mesti diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami menunggu tindak lanjut rencana aksi dan juga seluruh action yang akan adik-adik bawa ke seluruh tempat tinggal dan asalnya,” tutupnya.(p/ab)